"Kalau dulu bangsa ini punya Agus Salim dan Muhammad Natsir yang tanda tangannya laku di mana-mana. Kalau sekarang orang itu mungkin adalah Pak Kiai (Ali Mustafa Ya'qub)," kisah sahabat saya, Arrazy Hasyim MA di sebuah rumah makan Padang. Dia-lah yang memperkenalkan saya kepada sosok Kiai kharismatik yang kini sudah almarhum itu.
Semenjak diperkenalkan dengan Almarhum, saya sering sekali bertanya dan berdiskusi dengannya. Baik langsung atau via telepon, ia tak sungkan untuk saya ganggu. Mungkin dosa saya sebagai jurnalis adalah kerap memanfaatkan identitas saya sebagai wartawan untuk bertanya hal-hal pribadi kepada beliau. Sama sekali bukan untuk saya tulis menjadi berita. Murni hanya curhat masalah pribadi.
Beberapa kali saya dimarahinya. Karena pertanyaan yang saya lontarkan mungkin terkesan tolol sebagai thalabul 'ilmi. Mungkin juga ia mengendus ada maksud provokasi di balik pertanyaan saya. Sering ia bilang, "Saya tidak mau jawab pertanyaan kamu yang itu!" tegasnya dengan nada tinggi.
Beberapa isu menarik yang dipaparkannya kerap menjadi trending topik di media-media. Tidak salah kalau saya sangat gemar menuliskan ide-ide Almarhum di Republika. Ia berani, tegas, dan luas ilmunya. Ini yang membuat saya ketagihan berdiskusi dengannya. Selamat jalan Pak Kiai..
Blogger Comment
Facebook Comment