photo banner-rumah-pustaka-blog_zpse71xpgpt.gif

Kabut Asap Sumatra-Kalimantan Tanda Kiamat?

Kabut Asap, Ilustrasi
Oleh; H. Hannan Putra, Lc

Salah satu tanda di antara tanda besar Hari Kiamat adalah Ad-Dukhan (asap). Pencantuman ad-Dukhan sebagai nama surat ke-44 dalam Alquran mengindikasikan seriusnya ancaman ini akan datang pada umat Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, "Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih." (QS ad-Dukhan [44]: 10-11).

Imam Thabrani menyebutkan, peringatan Rasulullah SAW tentang ad-dukhan tersebut bersanding dengan bahaya Dabbah (binatang melata yang keluar dari perut bumi dan memangsa manusia) dan Dajjal. Tanda-tanda ini merupakan tanda besar Hari Kiamat.

Hal ini termaktub dalam sabda Beliau SAW, "Sungguh Rabb-Mu telah memperingatkanmu akan tiga hal, Ad dukhan (asap) yg akan mengakibatkan orang mukmin demam dan orang kafir melepuh sehingga keluar asap dari telinganya. Kedua adalah Dabbah, dan ketiga adalah Dajjal." (HR Thabrani).

Penyebutan hadis secara urut ini mengindikasikan tahapan-tahapan dari tiga tanda-tanda kiamat kubra (besar) tersebut. Diawali dengan dukhan, kemudian Dabbah, selanjutnya Dajjal.

Ada beberapa penafsiran ulama tentang makna dari ad-dukhan. Ibnu Mas'ud RA menafsirkan, ad-Dukhan bisa dimaknai dengan kesempitan hidup yang melanda kaum Quraisy di zaman Nabi Muhammad SAW.

Saat itu, Nabi SAW mendoakan kaum kafir Quraisy yang menolak dakwah Islam agar mendapat kesempitan hidup. Semenjak itu, sengsaralah kehidupan kaum kafir Quraisy. Banyak di antara mereka yang sampai memakan bangkai dan tulang-belulang.

Ibnu Jarir Ath-Thabari yang juga sepaham dengan pendapat Ibnu Mas'ud mengatakan, kesengsaraan yang dialami kafir Quraisy tersebut diibaratkan seperti asap yang menyelimuti bumi.

Firman Allah SWT, "Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata." (QS Ad-Dukhan [44]: 9-10). Menurut Ibnu Jarir, ayat ini tertuju kepada kaum kafir Quraisy di zaman Rasulullah SAW.

Pendapat lain tentang kehadiran asap menyatakan, ad-Dukhan adalah tanda besar Kiamat yang akan datang di akhir zaman nanti.

Ibnu Abbas yang meyakini pendapat ini menyebutkan, ad-Dukhan berasal dari sebuah meteor dari bintang "Dzu Dzanbin" yang jatuh ke bumi. Akibat dari meteor ini menimbulkan asap yang menyebabkan demam bagi orang beriman dan melepuhkan kulit orang-orang kafir.

Melihat kepada lafaz ayat, "fartaqib" (maka tunggulah) menunjukkan sesuatu yang belum terjadi, tapi mengindikasikan sangat dekat kedatangannya karena ada kata perintah untuk menunggu. Pendapat ini banyak dipakai sejarawan Islam yang meneliti tanda-tanda Hari Kiamat.

Ada pula yang mengaitkan ad-Dukhan dengan perang nuklir yang meracuni udara dengan gas kimia berbahaya. Hal ini diprediksikan bisa terjadi dalam Perang Armageddon (perang besar di akhir zaman) dan menjadi tanda besar Hari Kiamat.

Al-Qurthubi dalam tafsirnya (16/130) menggabungkan dua pendapat Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas ini. Menurut Al-Qurtubi, bisa jadi asap yang dimaksudkan ada dua sesi. Sesi pertama telah turun di zaman Nabi SAW untuk mengazab orang kafir Quraisy.

Sedangkan sesi kedua menjadi tanda besar akan datangnya Hari Kiamat, yakni hantaman meteor ke muka bumi yang menyebabkan asap. Demikian seperti dipaparkan dalam 'Asyarathus Saa’ah (10  Tanda besar Hari Kiamat, hal 383-388).

Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat ad-Dukhan mengutip perkataan Ibnu Abi Hatim yang ia terima dari Ali bin Abu Thalib. Menurutnya, hantaman meteor mengakibatkan kabut asap dan peningkatan suhu bumi. Orang beriman dilindungi dari mara bahaya tersebut.

Kalaupun mereka terkena dampaknya, hanya berupa flu dan demam saja. Adapun dampak bagi orang kafir akan melepuhkan kulitnya sehingga dari telinganya pun mengeluarkan asap.

Beberapa kalangan mendeskripsikan ad-Dukhan menyelimuti bumi selama 40 hari. Manusia yang merasakan ad-Dukhan tersebut seperti digambarkan dalam istilah nuclear winter. Makhluk hidup, tidak hanya manusia, akan merasakan kesengsaraan. Tak terkecuali orang beriman pun akan merasakan dampaknya walau hanya sebatas demam dan flu biasa.

Ada beberapa kalangan yang mengistilahkan kabut asap yang melanda tanah air erat kaitannya dengan tanda-tanda kiamat. Segolongan muballigh bahkan mengklaim, musibah asap tersebut adalah deskripsi ad-Dukhan yang dimaksudkan Alquran.

Jika melihat pada tafsiran ulama-ulama salaf dan khalaf, tentu pendapat ini belum bisa dibenarkan. Tapi sebagai tahzir (peringatan) bagi kaum muslimin agar bertaubat dan menambah ketaatan, tentu hal ini boleh-boleh saja.

Intinya, di balik segala musibah yang diturunkan Allah kepada manusia ditujukan sebagai peringatan agar mereka kembali kepada Allah. Sabda Nabi SAW, "Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah SWT akan menyebarkan azab dan siksa kepada mereka.

Ummu Salamah RA (istri Rasulullah SAW) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah waktu itu tidak ada orang saleh?" Rasulullah SAW menjawab, "ada."

Ummu Salamah bertanya, "apakah yang akan Allah perbuat kepada mereka?" Rasulullah SAW bersabda, "Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari Rabbnya." (HR Ahmad).

Musibah asap yang melanda Tanah Air sebagai tahzir atas maksiat dan dosa yang dilakukan manusia. Bisa juga sebagai hukuman atas ulah tangan manusia itu sendiri yang telah merusak hutan.

Musibah asap tersebut bisa menjadi muhasabah atas dosa dan kesalahan, kemudian bertaubat kepada Allah SWT. Firman Allah SWT, "Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri. Dan Allah mengampuni sebagain besar dari dosa-dosamu." (QS As-Syura [42]: 30). Wallahu'alam.
Share on Google Plus

About H. Hannan Putra, Lc

Artikel yang ditulis H. Hannan Putra, Lc dalam blog ini dirangkum dari berbagai sumber media. Diantaranya; rubrik Dialog Jumat- Khasanah- Islam Digest di Koran Republika, Republika Online, Majalah Al-Ribath PPMI Mesir, Jurnal Sinai, dakwatuna, Islam Media, Era Muslim, dan media Islam lainnya baik cetak maupun elektronik. Selain itu ada juga beberapa tulisan yang belum diterbitkan. Silahkan mengkopy-paste tulisan-tulisan tersebut untuk syiar dan dakwah Islam. Jangan lupa mencantumkan sumber dari tulisan yang dicopy. Supaya kritikan/ masukan atas tulisan-tulisan tersebut bisa sampai ke penulis.

"Saya bukanlah Ulama, walau cita-cita terbesar saya adalah itu. Saya hanya seorang muballigh yang baru belajar berdakwah dengan lisan dan tulisan. Kajian saya bersifat sederhana, karena memang peruntukan utamanya untuk diri saya sendiri, keluarga, dan masyarakat awam. Saya sangat terbuka untuk berdiskusi. Saya mengusung Islam moderat, anti-fanatisme dan radikalisme. Saya bermazhab Syafi'i. Tapi dalam pemikiran saya lebih suka lintas mazhab dan tak ingin dibatasi oleh kelompok, golongan, atau kepentingan politik. Misi dakwah saya, mengajak anda kepada luasnya Islam, bukan kepada sempitnya golongan." Wassalam, H. Hannan Putra, Lc.
    Blogger Comment
    Facebook Comment