photo banner-rumah-pustaka-blog_zpse71xpgpt.gif

Ini Dia, Siswi ICBS Payakumbuh yang Khatam Menghafal Alquran dalam 9 Hari

REPUBLIKA.CO.ID, Menghafal Alquran adalah perkara yang dijamin kemudahannya dalam Alquran. (QS al-Qamar [54]: 22). Hal mustahil dan jarang dilakukan mungkin menghafal teks dari buku-buku tebal. Namun, untuk menghafal Alquran, telah digaransi Allah SWT kemudahannya. Bahkan, ada yang berhasil mengkhatamkannya dalam hitungan beberapa hari saja.

Ialah Dina Rahmadyanti, hafizah Alquran 30 juz, yang mengkhatamkan hafalan Alqurannya dalam waktu sembilan hari. Ia mampu menghafal Alquran sampai empat juz per hari. Kelancaran hafalan Alquran Dina pun telah diuji dan mendapatkan sertifikat dengan predikat terbaik.

Dina, panggilan akrabnya, memang memiliki cita-cita sebagai hafizah Alquran. Bagi Dina, menghafal Alquran adalah bukti kecintaan dan kebaktiannya kepada kedua orang tua. Ia mengaku termotivasi dengan hadis Nabi yang memuliakan orang tua yang anaknya hafal Alquran. Dalam hadis disebutkan, orang tua yang anaknya hafal Alquran akan diberi hadiah berupa mahkota dari cahaya yang terang melebihi sinar matahari. (HR Hakim).

"Saya jarang bertemu orang tua. Untuk mengobati kerinduan kepada orang tua, saya lepaskan dengan membaca Alquran. Mudah-mudahan dengan hafalan Alquran ini, bisa memberi syafaat kepada orang tua dan mengumpulkan kami di surga," tutur Dina kepada Republika, pekan lalu.

Hafal Alquran adalah cita-cita terbesar orang tua Dina. Orang tua Dina sempat mendapatkan diskriminasi karena menyekolahkan anaknya ke pesantren. "Orang tua kadang dihina, kok anaknya dimasukkan ke pesantren. Apa tidak mau mengurus anak lagi? Pesantrennya pun jauh. Banyak yang bilang kalau orang tua hanya ingin buang anak ke sini," ujar Dina berkisah.

Keluarga Dina sebenarnya bukanlah orang berada. Kedua orang tuanya hanya menempati sebuah kios sekaligus membuka usaha fotokopi. Keduanya bekerja keras membanting tulang untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren. Dina disekolahkan jauh-jauh di Pesantren Terpadu Insan Cendekia Boarding School (ICBS) di Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Mereka percaya, ada berkah menghafal Alquran yang akan dibawa oleh anaknya jika bersekolah di sana.

"Orang tua tinggalnya jauh di Bekasi. Tiga tahun sekolah di sini, baru tiga kali bertemu. Yang pertama waktu mengantar sekolah ke sini, yang kedua waktu mengantar adik yang juga sekolah di sini. Dan, yang ketiga, baru beberapa bulan yang lalu," ujarnya.

Dina mengisahkan, ia sempat lulus seleksi untuk ikut program studi komparatif ke Malaysia yang digelar pihak sekolah. Namun, ia lebih memilih untuk bertemu orang tua dibanding ikut program tersebut. Itulah pertemuan ketiganya dengan orang tua. Baginya, bertemu kedua orang tua adalah momen paling mahal dalam hidupnya.

Ketika bersekolah di SMP IT ICBS Sumatra Barat, Dina berkesempatan mengikuti program Daurah Tahfizul Qur'an. Awalnya, ia mengaku tak bisa ikut karena tak memiliki dana. "Untuk ikut program Daurah Tahfidz bayarnya Rp 2 juta. Walau lulus seleksi, saya tidak bisa ikut. Tapi, besoknya saya dikabari tetap boleh ikut," katanya.

Kendati Dina terlambat satu hari dari rekan-rekannya, ia berhasil mengejar ketertinggalannya. Hanya dalam waktu sembilan hari, Dina mampu mengkhatamkan Alquran 30 juz. Ia ingin membuktikan ayat Alquran yang mengatakan, "Dan sungguh telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran (dihafal), maka adakah orang yang mengambil pelajaran (untuk menghafalnya)?" (QS al-Qamar [54]: 22).

"Intinya kita sungguh-sungguh dan ikhlas dalam menghafal. Metode yang diajarkan kita pilih saja salah satu mana yang cocok bagi diri kita," ujarnya menjelaskan. Menurut Dina, ketika seseorang mengikhlaskan niat dan hatinya untuk menghafal Alquran, akan ada tuntunan ghaib dari Allah yang akan memudahkannya menghafal. Dina meyakini, tidak ada metode khusus untuk menghafal. Metode terbaik adalah apa yang diilhamkan Allah melalui kesungguhan seseorang dalam menghafal.

"Kalau metode saya menghafal, saya membacanya berulang-ulang dan dibaca juga terjemahannya. Untuk memudahkan menghafal kata, bisa dicari perumpamaan-perumpamaannya dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Setelah dipahami, baru dihafal. Ini lebih cepat dan efektif," kata Dina menjelaskan.

Hafizah yang bercita-cita menjadi guru ini mengaku pernah jenuh dalam menghafal. Selama sembilan hari mengikuti daurah dengan kegiatan monoton tentu sangat lelah den jenuh. Namun, Dina punya "benda sakti" yang akan membakar semangatnya.

"Saya selalu bawa foto orang tua. Itu benda sakti bagi saya. Ketika melihat foto itu, terbayang kesusahan orang tua untuk menyekolahkan saya di sini. Kasihan sekali mereka yang sudah menyekolahkan jauh-jauh di sini dan bayar mahal, tapi anaknya tidak berhasil," ujarnya. Seketika itu jua, semangat Dina pun terbakar dan motivasinya meluap-luap untuk segera menyelesaikan hafalan Alquran.

Setelah sembilan hari ia merampungkan hafalan Alqurannya, Dina pun dinobatkan sebagai wisudawan hafizah Alquran 30 juz terbaik. Sayangnya, saat wisuda, orang tuanya tak bisa menghadiri. Ia paham, orang tuanya tinggal sangat jauh dan butuh biaya mahal untuk datang. Walau tak dimungkiri, memang tebersit kesedihan di hati gadis belia ini untuk menyaksikan wajah bangga orang tuanya yang menyaksikannya diwisuda.

"Tidak apa-apa tidak datang (wisuda). Kan ongkosnya mahal. Yang penting bisa teleponan tiap minggu," ucapnya.

Setiap kali berbicara lewat telepon, Dina selalu mendapat nasihat dari sang orang tua. "Pesan beliau terus jaga dan ulang hafalannya, jangan sombong, jadi anak yang rendah hati. Beri semangat adik yang juga sekolah di sini untuk berprestasi," ujarnya.

Orang tua Dina sering mengatakan, terbayar sudah semua cacian dan hinaan orang kepada mereka karena menyekolahkan anaknya ke pesantren. Dina berhasil membuktikan dengan prestasinya lewat menghafal Alquran. "Tak pernah terbayangkan di keluarga kami bisa menghafal Alquran 30 juz. Sekarang ternyata bisa," kata Dina.

Direktur Daurah Tahfidzul Qur'an ICBS, Ustadz H Okta Veldi Andika Lc, mengatakan, apa yang dibuktikan Dina menghafal Alquran empat juz sehari adalah bukti keajaiban Alquran. Dulu, Dina dikenal dengan gadis remaja biasa-biasa saja. Sekarang sosok Dina adalah seorang juara kelas dan santriwati berprestasi. Dina bahkan sempat mewakili sekolahnya mengikuti olimpiade PAI dan matematika.

"Dina adalah bukti bahwa menghafal Alquran bisa dari siapa saja. Orang kaya atau miskin, orang jenius atau tidak, orang susah atau senang. Semuanya bisa menghafal Alquran. Tinggal apa punya keinginan atau tidak?" ujar Ustaz Veldi. n ed: hafidz muftisany sumber

BIODATA:
Nama Lengkap    : Dina Rahmadyanti
Panggilan    : Dina
TTL        : Bekasi, 4 Maret 2001
Sekolah        : SMP IT Insan Cendekia Boarding School Payakumbuh Kelas IX.5
Hobi        : Traveling, Membaca
Moto hidup    : Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapat)
Orang tua    : Rahmad Salmi (ayah), Yanti Novita (ibu)
Share on Google Plus

About H. Hannan Putra, Lc

Artikel yang ditulis H. Hannan Putra, Lc dalam blog ini dirangkum dari berbagai sumber media. Diantaranya; rubrik Dialog Jumat- Khasanah- Islam Digest di Koran Republika, Republika Online, Majalah Al-Ribath PPMI Mesir, Jurnal Sinai, dakwatuna, Islam Media, Era Muslim, dan media Islam lainnya baik cetak maupun elektronik. Selain itu ada juga beberapa tulisan yang belum diterbitkan. Silahkan mengkopy-paste tulisan-tulisan tersebut untuk syiar dan dakwah Islam. Jangan lupa mencantumkan sumber dari tulisan yang dicopy. Supaya kritikan/ masukan atas tulisan-tulisan tersebut bisa sampai ke penulis.

"Saya bukanlah Ulama, walau cita-cita terbesar saya adalah itu. Saya hanya seorang muballigh yang baru belajar berdakwah dengan lisan dan tulisan. Kajian saya bersifat sederhana, karena memang peruntukan utamanya untuk diri saya sendiri, keluarga, dan masyarakat awam. Saya sangat terbuka untuk berdiskusi. Saya mengusung Islam moderat, anti-fanatisme dan radikalisme. Saya bermazhab Syafi'i. Tapi dalam pemikiran saya lebih suka lintas mazhab dan tak ingin dibatasi oleh kelompok, golongan, atau kepentingan politik. Misi dakwah saya, mengajak anda kepada luasnya Islam, bukan kepada sempitnya golongan." Wassalam, H. Hannan Putra, Lc.
    Blogger Comment
    Facebook Comment